Surat Cinta Terakhir Untukmu Lelaki Yang Pernah Menjadi Segalanya
Untukmu Lelaki Yang Tak Perlu Ku Sebut Namanya
Beberapa hari ini aku mencoba menulis surat cinta untukmu dengan segenap perasaan yang tersisa. Aku hanya mampu menulis ini tanpa bisa mengutarakannya padamu. Ketakutanku masih sama, aku takut tak lagi bisa mengendalikan perasaanku terhadapmu. Lalu aku lagi-lagi akan merengek tentang rasaku yang tak penting ini.
Malam ini adalah malam terakhir di tahun 2017. Tak ada perayaan yang berarti selain duduk diserambi masjid kampus sembari menikmati wifi. Menikmati malam terakhir tahun ini dengan segenap perasaan lega. Mengeringkan air mata yang masih tersisa beberapa waktu lalu.
Entah bagaimana sudut pandangmu terhadapku saat ini ataupun dulu. Jika pun kau tau, aku tidak benar-benar baik-baik saja seperti kelihatannya. Mungkin juga kau mengira aku mempermainkan rasamu atau mungkin aku melukai hatimu. Maafkan aku jika begitu. Maaf jika aku yang akhirnya menyakitimu.
Dulu aku sengaja menghindarimu karena ketidak mampuanku menerima kenyataan. Sama seperti sekarang, aku pun tak mampu lagi menerima kenyataan bahwa aku hanya berperan sebagai seorang cameo dalam kisahmu dengannya. Aku sadar tuduhanku tidak berarti, tidak pernah ada bukti nyata tentang apa yang aku tuduhkan. Mungkin kau juga muak dan menganggapku murahan. Itu terserah padamu, bahkan aku sudah tak lagi perduli bagaimana kau memandang diriku sekarang. Aku bukan perempuan baik-baik seperti dia, cintaku pun juga salah terhadapmu, caraku mencintaimu pun nyatanya salah. Tapi, perasaanku itu benar adanya, kau berhasil membuatku merasakan debar setelah sekian lamanya.
Memulihkan rasa sakitku dulu tidaklah mudah, namun lambat laun aku mulai menerima bahwa kau memang tidak mengharapkanku dalam hidupmu. Namun sayang kau kembali dalam hidupku beberapa waktu lalu dengan satu ucapan kata “maaf”. Hal itu menguak kembali luka yang sebenarnya sudah ku kubur dalam-dalam. Baiklah, aku tak akan mengutukmu lagi seperti dulu, karena nyatanya kali ini aku yang salah. Aku tidak pernah belajar dari rasa sakitku dulu. Benteng yang ku bangun beberapa bulan itu roboh sia-sia. Dan aku terluka karena kesalahanku sendiri.
Menjadi pemain cadangan itu tidaklah menyenangkan, kau mungkin tau apa maksudku. Namun setidaknya itu jauh lebih baik daripada tidak berkesempatan menjadi seorang pemain. Bukankah begitu?. Dan itu yang ku rasakan, meskipun aku hanya sebagai pemain cadangan yang sekedar menjadi pemuas akan dahagamu saja aku sudah sangat bahagia. Ya, meski secara sadar aku tau itu salah. Begitulah ku jelaskan, bahwa saat jatuh cinta otak ku tidak pernah bekerja dengan baik. Dan ini bertambah gila saat aku mengenalmu dan menjadikanmu seorang yang bertahta di hatiku. Ah sudahlah.
Dengan berakhirnya tahun ini aku juga akan mengakhiri perasaan yang ku punya padamu secara berlebihan ini. Nyatanya, aku memang menyerah dengan rasaku. Ternyata aku tidak cukup kuat untuk mencintaimu sendirian, sedangkan hatimu entah berada di belahan hati wanita mana.
Aku sudah memaafkanmu, begitupun maafkanlah aku. Maafkan segala sikap kekanak-kanakanku, sikap acuh, kasar dan suka menuduh yang tidak-tidak. Percayalah itu hanya sebuah kecemburuanku saja karena takut kehilanganmu. Meskipun harusnya aku sadar, kau memang tidak pernah menjadi milikku. Namun begitulah hatiku, aku tidak bisa mengendalikannya ketika aku sedang jatuh cinta. Jadi maafkanlah aku dan rasaku karena telah lancang mencintamu.
Terimakasih untukmu atas semua pengalaman entah itu baik ataupun buruk, untuk setiap tawa dan juga tangis di tahun ini. Mungkin hidupku tidak akan seberwarna ini jika aku tidak mengenalmu. Kau boleh berbesar kepala untuk hal ini, karena kau sudah menang dariku dan aku kalah padamu. Ah iya, cinta memang tidak mengenal kalah dan menang, namun begitulah nyatanya kau menang dan aku yang kalah.
Kelegaanku terbalas sudah dengan sebuah pengakuan bahwa aku memang menyayangimu. Perihal ketulusan, aku memang tidak bisa menjamin jika rasaku tulus padamu. Karena nyatanya aku selalu berpamrih balasan darimu. Namun saat ini, meski tanpa balasan aku bahagia karena setidaknya aku tau jawaban jelas darimu untuk rasaku.
Semoga di tahun yang baru nanti bersama siapapun kamu, dimana pun kamu kebaikan selalu menyertaimu dan kebahagiaan selalu mengitarimu. Tak pernah ada niatku untuk membencimu, karena bagaimanapun kau punya pilihan sendiri atas rasamau. Rasanya pun begitu egois jika aku harus membencimu hanya karena kau tidak membalas perasaanku. Getir memang, bahkan rasanya seperti tercabik. Namun aku paham, kita tidak bisa memaksakan seseorang memiliki rasa yang sama seperti rasa yang kita miliki.
Biarlah masa lalu menjadi masa lalu. Jikapun suatu hari nanti kau merindukanku, meski sekedar ingin bercerita, aku akan tetap menerimamu sebagai teman baik. Tenang, saat itu terjadi, aku tidak akan lagi merengek atas perasaanku. Jikapun nanti kau bercerita tentang perempuan lain, hatiku pun tidak akan merasakan sakit lagi. Karena saat itu, aku telah benar-benar melepaskan rasaku dan mengikhlaskanmu bahagia dengan jalanmu sendiri. Dan saat itu juga aku juga sudah benar-benar memahami bahwa kita dipertemukan untuk saling belajar satu sama lain bukan untuk saling mencintai satu sama lain. Saat itu aku akan tetap menjadi temanmu yang baru tanpa ada embel-embel perasaan cinta atau pun semacamnya.
Sekali lagi terimakasih telah mengisi sebagian hari-hari indahku ditahun ini. Memberikan warna dan corak yang tidak akan pernah aku lupakan. Terimakasih sudah membuatku belajar banyak hal, bahwa cinta memang bukan hanya perihal memiliki. Terimakasih telah mengajarkanku sebuah arti keikhlasan, bahwa yang bukan milik kita sekuat apapun kita mengejarnya dia tetap tidak akan pernah tergenggam. Terimakasih telah menyadarkanku bahwa pengharapan yang ku punya terhadapmu terlalu besar sehingga membuatku merasa kecewa dan terluka. Sendiri.
Meskipun kisah kita berakhir begitu saja, tanpa temu dan ucapan cinta darimu. Aku tetap bahagia. Keburukan dan kebaikan yang sempat aku lalui bersamamu akan menjadi sebuah pelajaran yang berharga. Cambuk untukku sendiri agar tidak sembarangan menaruh hati pada seseorang, terlebih seseorang yang tidak pernah bisa kita miliki.
Meskipun terkesan naif, aku melepaskan semua perasaan ini. Di tahun yang baru nanti kau tidak akan lagi ada tempat dihatiku. Sekali lagi ini bukan berarti aku membencimu. Aku hanya ingin melepaskanmu dari keegoisan hatiku, aku hanya ingin melepaskan perasaanku atas keegoisanku sendiri. Bersama siapapun kamu nanti, semoga kau tetap bahagia dan baik-baik saja. Dan doakan perempuan ini agar suatu hari nanti ada lelaki yang bisa mencintainya dengan utuh.
Dan jika suatu hari nanti kau ingin menjalin hubungan dengan perempuan manapun itu. Selesaikanlah terlebih dahulu uruusanmu dengan kepentingan-kepentingan masa lalumu. Belajarlah menjadi lepas sebelum kembali mengikat perasaan, jangan terlalu baik pada setiap perempuan. Meskipun dia terlihat bersikap biasa mungkin saja dia memiliki perasaan yang tak terungkap dihatinya. Karena nyatanya begitulah hati perempuan. Dia bisa berpura-pura tidak ada rasa padahal perasaannya luar biasa dalam. Jangan mengambil sebuah kesempatan karena perasaan bukanlah permainan. Jadilah yang berani menentukan sikap, apapun itu. Jangan mau tak mau dan maju tak maju. Pastika iya atau tidak, bukan malah menggantung perasaan seseorang untuk rasa amanmu saja.
Untuk terakhir kalinya Terimakasih telah memberikanku kesempatan untuk mengenalmu meski tanpa temu yang ku ingini. Aku meminta maaf untuk setiap sifat dan sikap yang menyakiti selama kita saling mengenal.. Semoga hatimu berkenan untuk memaafkan. Selamat Tahun Baru dan semoga kebaikan selalu menyertaimu.
Salam Dariku
Comments
Post a Comment