Dasar-Dasar Psikologi Ketrampilan Menyimak dan Berbicara
DASAR-DASAR PSIKOLOGI KETRAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA
A.
Istima’
(Menyimak)
a.
Pengertian
Menyimak (Istima’)
Menyimak adalah
suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.[1]
Dan proses menyimak
atau mendengar memiliki peran penting dalam hubungan sosial, yang merupakan
salah satu proses dasar dalam berbagai situasi kehidupan. Dan ketrampilan
menyimak ini mendahului ketrampilan membaca, dan dahulu menyimak lebih penting
dalam proses pembelajaran dibandingkan membaca, karena dahulu menyimak mendapatkan
perhatian lebih besar dalam proses pembelajaran namun terkadang terdapat
sekolah-sekolah yang mengesampingkan proses menyimak dan lebih banyak
memperhatikan proses membaca dan menulis.[2]
Namun menyimak dan
membaca mempunyai hubungan yang erat karena keduanya merupakan sarana untuk
menerima informasi dalam kegiatan komunikasi, dan perbedaan diantara keduanya terletak
dalam jenis komunikasi. Menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan
membaca berhubungan dengan komunikasi tulis, dan dalam hal tujuan keduanya
mengandung persamaan yaitu memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, dan
memahami makna komunikasi.
b.
Sifat Dasar
dari Proses Menyimak
Dalam proses
menyimak terdapat perbedaaan individu yang bervariasi, beberapa orang ditandai
dengan mengetahui mentalitas (cara berfikir) pendengaran, dan beberapa individu
lainnya ditandai dengan mentalitas (cara berfikir) penglihatan.
Secara signifikan
kebudayaan mempengaruhi ketrampilan mendengarkan, dimana kondisi lingkungan
tempat mereka tinggal mempunyai pengaruh besar terhadap proses menyimak
(mendengarkan).
Menurut beberapa
sosiolog, bahwa proses menyimak mempunyai pengaruh besar dalam pembelajaran
bahasa khususnya pada anak perempuan biasanya lebih cepat dibandingkan pada
anak laki-laki pada tingkat pertama, dikarenakan bahwa ibu lebih banyak dirumah
sehingga mereka lebih banyak berbicara dan bercakap-cakap dengan anak perempuan
dibandingkan dengan anak laki-laki. Namun hal ini bukanlah kaidah umum, dan sebaliknya
dibeberapa rumah lebih meningkatkan peluang untuk berbicara dengan anak
laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.
Dan terdapat
penjelasan lain mengenai proses menyimak yang dikhususkan dengan menggunakan
media pendengaran seperti halnya radio dan televisi, dan media tersebut
berpengaruh terhadap anak-anak sebelum memasuki sekolah, dimana dengan menyimak
sumber media ini, mereka mendapatkan informasi yang luas tentang pendekatan
metode kebudayaan yang mereka miliki.
c.
Pentingnya
Menyimak
Dan apabila
proses membaca di nilai untuk melihat lambang-lambang yang ditulis, atau untuk
mengidentifikasi dan kemudian menafsirkannya. Sedangkan menyimak adalah proses
mendengarkan lambang-lambang lisan dan menginterpretasikannya.
Maksud dari menyimak
dan mendengarkan, yaitu ketrampilan yang membutuhkan perhatian dalam
pelaksanaanya. Dan menyimak mempunyai tingkat perintah yang berbeda yang
membutuhkan guru menjadi pendengar siswa yang bermakna, akurat¸kritis dan
kreatif.
Dan adapun tujuan menyimak yaitu sebagai berikut:
a.
Menyimak untuk membedakan
bunyi-bunyi.
b.
Menyimak untuk mengomunikasikan
ide-ide.
c.
Menyimak untuk mengapresiasi.
d.
Menyimak untuk mengevaluasi.
e.
Menyimak untuk menikmati.
f.
Menyimak untuk belajar.
g.
Menyimak untuk meyakinkan.
h.
Menyimak untuk menecahkan masalah.
d.
Komponen Proses
Menyimak
Menyimak dibagi
menjadi beberapa tahap, dan tahap-tahap tersebut tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan yang lainnya.[3]
1.
Tahap Mendengar
Dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan
oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya. Jadi, kita masih berada pada
tahap hearing.
2.
Tahap Memahami
Setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti
atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara.
Kemudian, sampailah kita pada tahap understanding.
3.
Tahap Menginterpretasi
Penyimak yang baik, cermat dan teliti, belum puas apabila hanya
mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau
menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam
ujaran itu, dengan demikian, sang penyimak telah tiba pada tahap Interprenting.
4.
Tahap Mengevaluasi
Setelah memahami serta dapat menafsirkan atau menginterpretasikan
isi pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta
gagasan pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan
kekurangan pembicara, dengan demikian penyimak sudah sampai pada tahap evaluating.
5.
Tahap Menanggahapi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak.
Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima gagasan atau ide
yang di kemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraanya. Lalu penyimak
pun sampai pada tahap responding.
Dan dijelaskan
dalam buku Ilmu Lughah An Nafsi, bahwa menyimak terdiri dari empat tahap yaitu[4]:
1.
Memahami Makna Secara Total
Dibutuhkan efisiensi
dalam menyimak, kemampuan pendengar untuk mengarahkan pherhatiannya kepada
makna umum dari pengetahuan tentang kata-kata yang didengarnya, dan dari makna
dasar bahasa yang difahaminya. Dan adapun yang mendasari makna umum, yaitu :
1)
Memahami unit yang terdapat dari
ide-ide.
2)
Selanjutnya menindak lanjuti
gagasan.
3)
Mengenali hubungan antara ide-ide
berturut-turut untuk menentukan gagasan utama.
4)
Membedakan antara gagasan utama dan
sub ide atau parsial.
5)
Hubungan ide-ide parsial satu sama
lain dan hubungan mereka dengan gagasan utama.
2.
Interpretasi Berbicara dan
Berinteraksi dengannya.
Interpretasi
berbicara merupakan proses yang subjektif, dan terdapat perbedaan antara satu
orang dengan orang lainnya, dan interpretasi ini termasuk pengalaman pribadi.
Dan yang termasuk dalam penafsiran bicara untuk banyak hal seperti
:
a.
Pendengar mengetahui topik pembicaraan.
b.
Cara menggunakan bahasa pendengar.
c.
Mengetahui tujuan sebenarnya dari
pembicaraan.
d.
Mengetahui pola ekspresi dan
perbedaan antara fakta dan ketentuan.
e.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya
pendengaran untuk berbicara.
f.
Kemampuan pendengar untuk membuat
penilaian.
3.
Mengevaluasi dan Mengkritik
Pembicaraan
Membutuhkan evaluasi dari
penyimak untuk mengetahui manfaat apa yang didengarnya untuk menemukan
kebenaran setelah pembicaraan yang didengarnya. Hal ini diperlukan penyimak
untuk dapat memahami arah pembicaraan dan kemudian dapat menganalisis dan
mengkritik apa yang didengarnya. Setuju dengan pembicaraan atau tidak setuju
dengannya.
4.
Integrasi keahlian pembicara dan
pendengar (Menanggapi/Responding)
Pengalaman integrasi dan efektivitas adalah tujuan akhir yang Pengalaman
integrasi dan efektivitas adalah
akhir yang kami memahami
dan menafsirkan posisi dan kami menghubungi tujuan.
Pendengar dapat menghubungkan ulasan ide dengan sadar
bahwa mendengarkan mendengarkan dengan ide
yang dimilikinya, dan kemudian menggunakan ini terintegrasi pengalaman
baru dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Dan integrasi
dapat berupa kepuasan
intelektual pertumbuhan baru Kognitif atau ide baru
tidak dalam pengalaman
masa lalu.
e.
Cara
Mengembangkan Ketrampilan Menyimak
Guru harus mengembangkan keterampilan menyimak siswa. Maka penyimak yang baik harus menyediakan ketrampilan yang dia miliki diwakili
dalam:
1. Berkonsentrasi
Yaitu dapat memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap apa yang disimak. Hal ini dapat membantu untuk menghubungkan bahan yang disimak dengan apa yang diketahuinya.
Yaitu dapat memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap apa yang disimak. Hal ini dapat membantu untuk menghubungkan bahan yang disimak dengan apa yang diketahuinya.
2. Penyimak harus bermotivasi
Yaitu memiliki tujuan
tertentu, misalnya ingin menambah ilmu pengetahuan, ingin mempelajari sesuatu,
dan sebagainya. Hal ini dapat membuat penyimak menjadi bersungguh-sungguh dalam
menyimak.
3.
Penyimak harus menyimak secara menyeluruh.
Artinya penyimak harus menyimak materi secara utuh dan padu
Artinya penyimak harus menyimak materi secara utuh dan padu
4. Penyimak harus menghargai pembicara
Yaitu tidak boleh
menganggap remeh orang lain, dalam hal ini adalah pembicara.
5. Penyimak yang baik harus selektif,
Yaitu memilih bagian
yang penting dari bahan simakan. Tidak semua bahan simakan diterimanya brgitu
saja, tetapi ia dapat menentukan bagian mana saja yang dianggap penting.
6. Penyimak harus sungguh-sungguh / Tidak
emosi
Yaitu penyimak harus
dapat mengendalikan emosinya dan tidak mencela pembicara.
7. Penyimak tidak mudah terganggu
Yaitu penyimak harus
focus terhadap bahan simakan dan tidak mudah terpengaruh oleh gangguan-gangguan
dari luar seperti suara-suara dan sebagainya.
8. Penyimak harus cepat menyesuaikan diri
Yaitu dengan cepat
dapat menebak kemana arah pembicaraan akan berlangsung dan menduga garis besar
isi penbicaraan.
9. Objektif.
Yaitu selalu tahu apa
yang sedang dibicarakan dan sebaiknya selalu menghargai pembicara walaupun
pembicara kurang menarik penampilannya atau sudah dikenal oleh penyimak.
10. Siap fisik dan mental.
Yaitu penyimak
benar-benar menyiapkan diri untuk menyimak, misalnya menjaga kondisi badan yang
sehat, tidak lelah, mental stabil, dan pikiran jernih.
11. Kontak dengan pembicara
Yaitu memperhatikan
pembicara, memberikan dukungan kepada pembicara melalui mimik, gerak, atau
ucapan tertentu.
12. Merangkum
Yaitu dapat menangkap
isi pembicaraan atau bahan simakan dengan membuat rangkuman dan menyjikan atau
menyampaikannya setelah selesai menyimak.
13. Menilai
Yaitu proses penilaian
terhadap materi yang disampaikan. Mengadakan tanggapan.
14. Merespon
Yaitu mengadakan tanggapan
atau reaksi misalnya dengan memberikan applaus maupun memberikan komentar.[5]
Dan dalam buku
Ilmu Lughah An Nafsi, dijelaskan bahwa penyimak yang yang baik yaitu :
1.
Mengidentifikasi tujuan pembicara
2.
Simpati dengan pembicara (dan
terutama jika topik yang Anda mendengarkan dia, unsur sensasi atau mata
pelajaran yang merangsang emosi
pendengar) tersedia
3.
Harapan apa yang dia katakan.
4.
Pengetahuan
tentang gagasan utama
5.
Rincian.
6.
Tindak lanjut rincian.
7.
Menarik kesimpulan.
8.
Meringkas apa yang didengarnya.
9.
Membedakan fakta dari fiksi.
10.
Perbedaan antara unsur-unsur dasar dari topik dan
eksotis
11. Menggunakan suara untuk memahami
sinyal konteks.
12. Menganalisis dan membantah mendengarkan substansi.
13. Rasa dan inovasi dengan bahan
yang diambil dari mendengarkan.
f.
Hambatan Dalam Menyimak
Adapun
hambatan-hambatandalam menyimak yaitu :
1.
Penyebaran.
2.
Kebosanan
3.
Kurangnya daya tahan
5.
Keegosentrisan yaitu mementingkan dirisendiri,
sipenyimak tidak tahu-menau terhadap apa yang disimak dan hanya menyimak
hal-hal yang dianggapnya menarik.
6.
Keengganan ikut terlibat, yaitu penyimak enggan atau
tidak mau ikut terlibat dalam simakan, maka penyimak akan berusaha agar dirinya
tidak ikut terlibat, dan akhirnya proses menyimak tidak berjalan dengan baik.
7.
Ketakutan akan perubahan, yaitu penyimak merasa sudah
pas terhadap sesuatu, baik itu kodisi lingkungan dsb, namun penyimak merasa
takut akan adanya perubahan suasana tersebut yang membuat penyimak
menjadai tidak konsentrasi lagi terhadap apa yang disimaknuya.
8.
Keinginan menghindari pertanyaan, yaitu penyimak
mencoba menghindar dari pertanyaan yang akan diajukan oleh pembicara, hal ini
disebabkan karena kurangnya percaya diri, kurangnya kemampuan untuk menjawab
pertanyaan, rasa malu,dll, yang menyebabkan penyimak tidak sepenuhnya
menanggapi simakan.
9.
Puas terhadap penampilan eksternal,yaitu kepuasan dan
kebanggan yang berlebihan terhadap penampilan fisik, yang belum tentu apa yang
disimak juga berkualitas, yang menyebabkan penyimak merasa bahwa pembicara
adalah orang yang bagus dalam berbicara, namun setelah pembicara menyampaikan
pembicaraan yang kurang menarik dan tidak sesuai dengan penampilan fisik, maka
penyimak akan mengecohkannya.
10.
Pertimbangan yg prematur, yaitu pertimbangan yang
belum sampai pada waktu untuk hasil yang sesuai, belum habis secara keseluruhan
hasil simakan, penyimak sudah mempertimbangkannya terlebih dahulu.
11. Kebingungan semantik,
yaitu kebingungan terhadap sesuatu yang menimbulkan proses menyimak tidak di
tanggapi dengan baik, dan setelah kebingungan itu hilang barulah penyimak akan
mencari tahu apa yang baru saja ia lewatkan, misal saat seseorang kehilangan hp
dan ia kebingungan maka saat temannya berbicara dengannya dia tidak akan
menanggapinya dan sibuk mencari hpnya,namun setelah hapnya ditemukan barulah
dia akan berbicara dengan temannya.[7]
B.
Berbicara
(Kalam)
a.
Pengertian
Berbicara (kalam)
Linguistik berkata bahwa “Speaking
is Language”. Berbicara adalah suatu ketrampilan berbahasa yang berkembang pada
kehidupan anak, yang hanya didahului oleh ketrampilan menyimak, dan pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara dan berujar dipelajari. Berbicara sudah barang
tentu berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang
anak, melalui kegiatan menyimak dan membaca.[8]
Pengajaran
berbicara dan komunikasi verbal sangat penting dalam pembelajaran bahasa.
Hal ini terkait
dengan sifat berbicara dan bagaimana proses pertumbuhannya.[9]
b.
Sifat dari
Proses Berbicara
Dan sifat dari
proses berbicara, berfokus pada dua aspek penting, yaitu :
a.
Perkembangan bahasa dari sisi
berbicara dan pengucapan.
b.
Sifat akustik dari kata-kata.
c.
Unsur Berbicara
Proses berbicara
bukanlah proses yang sederhana, namun merupakan konsep yang paling sedikit
difahami dari proses mendengarkan. Dan berbicara merupakan campuran antara
unsur :
a.
Berfikir sebagai aktivitas akal.
b.
Bahasa sebagai perencanaan ide dan
perasaan dalam kata-kata.
c.
Suara sebagai proses untuk menyelesaikan
ide-ide dan kata-kata melalui suara ucapan dan mendengar orang lain.
d.
Kegiatan atau bertindak sebagai
otoritas (kewenangan) jasmani dan menanggapi dan mendengarkan.
d.
Ketrampilan
Berbicara
Manusia
berbicara untuk mencapai tujuannya, dan yang harus dimiliki oleh seorang
pembicara, yaitu :
a.
Mengidentifikasi dan deskriminasi
ketrampilan.
b.
Sadar dan menyadari untuk mengetahui
kalimat dengan cepat dan tepat (akurat).
c.
Kemampuan untuk menyusun beberapa
kata-kata untuk beberapa unit, masing-masing membawa sebuah ide dan kemudian
berbicara tentang ide tersebut dengan mudah dan senang.
d.
Kemampuan untuk menggunakan
ilustrasi yang memungkinkan dia untuk menafsirkan dan menjelaskan ide-ide baru.
e.
Kemampuan menghubungkan ide-ide dan
mengurutkannya melalui nada dan warna suara dengan penurunan, sebagai contoh
diakhir intelekttual atau peningkatan ide.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menyimak adalah suatu
proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap
isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Dalam proses menyimak
terdapat perbedaaan individu yang bervariasi, beberapa orang ditandai dengan
mengetahui mentalitas (cara berfikir) pendengaran, dan beberapa individu
lainnya ditandai dengan mentalitas (cara berfikir) penglihatan.
Maksud dari menyimak dan
mendengarkan, yaitu ketrampilan yang membutuhkan perhatian dalam pelaksanaanya.
Dan menyimak mempunyai tingkat perintah yang berbeda yang membutuhkan guru
menjadi pendengar siswa yang bermakna, akurat¸kritis dan kreatif.
Dan adapun tujuan menyimak yaitu sebagai berikut:
a.
Menyimak untuk membedakan
bunyi-bunyi.
b.
Menyimak untuk mengomunikasikan
ide-ide.
c.
Menyimak untuk mengapresiasi.
d.
Menyimak untuk mengevaluasi.
e.
Menyimak untuk menikmati.
f.
Menyimak untuk belajar.
g.
Menyimak untuk meyakinkan.
h.
Menyimak untuk menecahkan masalah.
Menyimak dibagi menjadi
empat tahap, dan tahap-tahap tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lainnya.
a.
Memahami Makna Secara Total
b.
Interpretasi Berbicara dan
Berinteraksi dengannya.
c.
Mengevaluasi dan Mengkritik
Pembicaraan
d.
Mengintegrasi keahlian pembicara dan
pendengar (Menanggapi/Responding)
Penyimak yang
yang baik yaitu :
1.
Mengidentifikasi tujuan pembicara
2.
Simpati dengan pembicara (dan
terutama jika topik yang Anda mendengarkan dia, unsur sensasi atau mata
pelajaran yang merangsang emosi
pendengar) tersedia
3.
Harapan apa yang dia katakan.
4.
Pengetahuan
tentang gagasan utama
5.
Rincian.
6.
Tindak lanjut rincian.
7.
Menarik kesimpulan.
8.
Meringkas apa yang didengarnya.
9.
Membedakan fakta dari fiksi.
10.
Perbedaan antara unsur-unsur dasar dari topik dan
eksotis
11. Menggunakan suara untuk memahami
sinyal konteks.
12. Menganalisis dan membantah mendengarkan substansi.
13. Rasa dan inovasi dengan bahan
yang diambil dari mendengarkan.
Adapun
hambatan-hambatandalam menyimak yaitu :
1.
Penyebaran.
2.
Kebosanan
3.
Kurangnya daya tahan
4.
Prasangka
Linguistik berkata bahwa
“Speaking is Language”. Berbicara adalah suatu ketrampilan berbahasa yang
berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh ketrampilan menyimak,
dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara dan berujar dipelajari.
Pengajaran berbicara dan
komunikasi verbal sangat penting dalam pembelajaran bahasa. Hal ini terkait
dengan sifat berbicara dan bagaimana proses pertumbuhannya.
Dan sifat dari proses berbicara, berfokus pada dua aspek penting,
yaitu :
a.
Perkembangan bahasa dari sisi
berbicara dan pengucapan.
b.
Sifat akustik dari kata-kata.
Proses berbicara bukanlah
proses yang sederhana, namun merupakan konsep yang paling sedikit difahami dari
proses mendengarkan. Dan berbicara merupakan campuran antara unsur :
a.
Berfikir sebagai aktivitas akal.
b.
Bahasa sebagai perencanaan ide dan
perasaan dalam kata-kata.
c.
Suara sebagai proses untuk
menyelesaikan ide-ide dan kata-kata melalui suara ucapan dan mendengar orang
lain.
d.
Kegiatan atau bertindak sebagai
otoritas (kewenangan) jasmani dan menanggapi dan mendengarkan.
Manusia berbicara untuk
mencapai tujuannya, dan yang harus dimiliki oleh seorang pembicara, yaitu :
a.
Mengidentifikasi dan deskriminasi
ketrampilan.
b.
Sadar dan menyadari untuk mengetahui
kalimat dengan cepat dan tepat (akurat).
c.
Kemampuan untuk menyusun beberapa
kata-kata untuk beberapa unit, masing-masing membawa sebuah ide dan kemudian
berbicara tentang ide tersebut dengan mudah dan senang.
d.
Kemampuan untuk menggunakan
ilustrasi yang memungkinkan dia untuk menafsirkan dan menjelaskan ide-ide baru.
e.
Kemampuan menghubungkan ide-ide dan
mengurutkannya melalui nada dan warna suara dengan penurunan, sebagai contoh
diakhir intelekttual atau peningkatan ide.
DAFTAR PUSTAKA
Guntur Tarigan, Henry. 2008. Menyimak Sebagai Suatu
Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
Guntur Tarigan,
Henry. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa.
Said Ahmad
Mansur, Abdul Majid. Ilmu Lughah An Nafsi. Riyadh : Mamlakah Al
‘Arabiyyah As Su’udiyyah.
http://remajasampit.blogspot.com/2012/04/kendala-kendala-dalam-menyimak.html. Diunduh, Tanggal 29 November 2014, Pukul 22.06.
[3] Henry Guntur
Tarigan. Op.cit. h. 63.
[4] Abdul Majid
Said Ahmad Mansur. Op.cit. h. 236
[5]
http://remajasampit.blogspot.com/2012/04/kendala-kendala-dalam-menyimak.html. Diunduh, tgl 29 Nop 2014, pukul 22.06.
Comments
Post a Comment