Cinta dan Luka

Cinta dan luka. Sepasang kekasih yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Siapa saja yang berani mencintai maka ia juga harus berani menerima luka. Entah sudah berapa kali aku menulis tentang topik yang sama. Cinta lalu luka. 

Lucu memang di umur 25 tahun, dimana perempuan lain tengah merayakan penyatuan cinta dengan pernikahan, justru aku dicampakkan. Yang lebih lucu dari itu, Ia mengatakan tidak bisa mencintai dan menyayangiku dengan tulus meski telah lama mencoba justru setelah 8 tahun bersama meski sempat putus nyambung. Lalu, sebelumnya kemana? Apa ada seseorang yang benar-benar bisa berpura-pura mencintai selama itu dengan sangat rapi? Jika ada, mungkin Ia patut mendaftarkan diri sebagai aktor FTV. 

Jangan tanya bagaimana perasaanku sekarang! Sakit? iya, tapi tidak parah. Aku lebih merasa syok untuk semua kejadian ini. 8 tahun tentu bukan waktu yang sebentar untuk saling mengenal satu sama lain. Tapi sayangnya aku masih tidak pandai mengenali sosoknya sampai detik dimana dia memutuskan mengakhiri semuanya. Dia memang lelaki yang penuh ambisi, punya jiwa petualang, punya standar tinggi, dan cerdas. Benar-benar lelaki sempurna (versiku). Tapi, dia lelaki yang tidak mudah ditebak. Jalan pikirannya rumit dan susah terbuka. Tapi entah mengapa aku bisa bertahan selama itu mencintainya. Hahahaha... 

Patah hatiku kali ini tetap terasa sakit tapi hatiku seperti sudah terlatih menerima beberapa penolakan dan perlakuan tidak menyenangkan dari lelaki itu. Ya, aku sudah cukup terbiasa memaklumi semuanya. Perpisahan kali ini mungkin sebenar-benarnya perpisahan. Dimana kelak, antara aku dan lelaki itu tidak akan pernah lagi mengulang hubungan atas nama cinta. Semua berakhir begitu saja tanpa alasan yang jelas (kenapa dan mengapa?)

Terkadang kita memang tidak perlu tau alasan dibalik keputusan untuk berpisah. Karena barangkali semakin kita menggali lebih dalam, justru kita akan merasakan luka yang lebih menyakitkan. Semakin dewasa, kita bisa lebih matang dalam memutuskan suatu keputusan. Tidak grusa-grusu dan asal-asalan.  Kita juga jauh lebih bisa mencintai dan menghargai diri sendiri sebelum benar-benar memilih menjatuhkan hati pada orang lain.

Anggap saja, perpisahan, luka dan patah hatiku di umur 25 tahun ini merupakan awal bagi kehidupan yang lebih baik lagi. Tidak perlu terlalu meratapi dan mendramatisir. Everything gonna be okay karena Tuhan selalu ada.

Untukmu yang tengah merasakan patah hati yang sama di umur yg tidak lagi remaja. Cobalah untuk mengikhlaskan semuanya. Aku tau itu tidaklah mudah, tapi percayalah Tuhan selalu punya rencana indah untuk setiap peristiwa yang terjadi di hidup kita. Usia, jodoh dan rezeki sudah diatur oleh-Nya jauh sebelum kita lahir. Tidak usah terlalu risau. Suatu hari nanti, saat waktu yang tepat, saat benar-benar siap, jodoh itu akan hadir dengan sangat mudah penuh dengan berkah dan keridhoan Tuhan.  So, be calm.  Sometimes, it's okay to go slowly.  Give yourself the time you need. You deserve it to love yourself as hard as you can before giving your love to someone else.  Self-love is crucial. It is one of the most important things to do.  


Comments

Popular posts from this blog

Ilmu Ma'ani dan Ruang Lingkupnya

Isti'arah Ashliyyah dan Isti'arah Taba'iyyah

'Adad Tartibi