Contoh Resensi Buku Semantik 1 Makna, Leksikal dan Gramatikal
Nama :
Fithria Rif’atul ‘Azizah
Kelas/Smst : PBA-B/VI
Mata Kuliah :
Ilmu Lughah
Dosen Pengampu : Erfan Gazali, SS, M.SI
Judul Buku :
Semantik 1 Makna Leksikal dan Gramatikal
Pengarang : Prof. Dr. Hj. T. Fatimah Djajasudarma
Penerbit : PT
Refika Aditama
Jumlah Halaman : 106
Tahun Cetak :
April 2012
|
|
Buku ini ditulis oleh Prof.Dr.Hj.T. Fatimah Djajasudarma yang
merupakan tenaga pengajar di Fakultas Sastra UNPAD dan program pascasarjana
UNPAD, yang membina mata kuliah Metodologi Penelitian Linguistik, Teori-Teori
Linguistik, Semantik dan lain sebagainya. Beliau juga merupakan dosen yang memiliki
banyak prestasi dibidangnya. Secara umum buku ini membahas dan menyajikan
mengenai semantik yaitu ilmu yang berhubungan dengan makna, leksikal, dan
gramatikal. Dalam buku ini Penulis menyajikan teori-teori mengenai ilmu makna,
leksikal dan juga gramatikal. Pembahasan dalam buku ini terdiri dari
unsur-unsur semantik, struktur leksikal, dan ketaksaan (amibiguitas)
Buku ini terdiri dari empat bab, yang
didalamnya terdapat sub-sub bab yang melengkapi dan menjelaskan tiap babnya.
Bab 1 Pendahuluan, yang memaparkan tentang istilah semantik, ruang lingkup semantik, istilah makna, semantik dan linguistik, sifat sejarah sematik, dan semantik, filsafat dan psikologi. Dalam buku ini
dijelaskan bahwa Semantik ini ada pada ketiga tataran bahasa (fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon. Morfologi dan sintaksis termasuk ke dalam
gramatika dan tata bahasa). Istilah semantik ini muncul pada tahun 1894 yang dikenal
melalui American Philological Association dan mulai dinyatakan dengan
tegas sebagai ilmu makna baru pada tahun 1897 dengan munculnya Essai de
Semantique karya M.Breal. Semantik mencakup bidang yang sangat luas, baik
dari segi struktur dan fungsi bahasa, namun dalam buku ini ruang lingkup
semantic dibatasi pada hubungan ilmu makna itu sendiri dibidang linguistik. Sedangkan untuk istilah makna, makna itu sendiri mempunyai tiga
tingkat keberadaan yaitu pada tingkat
pertama dan kedua makna dilihat dari segi hubungannya dengan penutur, sedangkan
pada tingkat ketiga makna lebih ditekankan pada makna dalam komunikasi. Apabila
Linguistik membatasi diri pada garapan bentuk makna,
sedangkan acuannya bergantung pada pengalaman penutur bahasa
itu sendiri. Sedangkan semantik lebih menitikberatkan pada bidang makna
dengan berpangkal dari acuan dan bentuk (simbol).
BAB II membahasa
tentang Unsur-Unsur Semantik yang didalamnya terdapat sub-sub bab yaitu Tanda
(Sign) dan lambang (Symbol), Makna Leksikal dan Hubungan Referensial, dan
Penamaan (Naming). Pada bab ini dijelaskan bahwa Teori tanda dikenal dengan
semiotik, yang dibagi dalam tiga cabang yaitu semantik yang berhubungan dengan
tanda-tanda, sintaktik berhubungan dengan gabungan tanda-tanda dan paragmatik
berhubungan dengan asal usul pemakaian, dan akibat pemakaian tanda-tanda
didalam tingkah laku berbahasa. Perbedaan tanda dan simbol terletak pada
hubungannya dengan kenyataan, tanda menyatakan hubungan langsung dengan
kenyataan, sedangkan simbol tidak. Dan hubungan lambang dan bahasa dapat
dikatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang terdiri atas tanda dan
lambang. Makna leksikal secara umum dapat dikelompokkan kedalam dua golongan
besar, yaitu makna dasar dan makna perluasan, atau makna denotatif (kognitif,
deskriptif) dan makna konotatif atau emotif.
BAB III memaparkan
tentang Struktur Leksikal yang membahas tentang Sinonim, Polisemi dan Hamonimi,
Hiponimi, Antonimi, Varietas Polisemi, Meronimi, Semantik Kognitif dan
Gramatika Kata (Word Grammar). Dalam varietas polisemi membahas tentang (1)
Hubungan polisemi Liner yang terdiri dari Autohiponimi, Automeronimi,
Autosuperordinat, Autoholonimi, (2) Hubungan Polisemi Nonlinier yang membahas
tentang Metafora, dan Metonimi. Dalam bab ini menjelaskan tentang tata hubungan
makna atau yang disebut dengan struktur leksikal. Arti leksikal yaitu suatu
arti kata yang sesuai dengan apa yang kita jumpai di dalam leksikon (kamus),
dan arti-arti leksikal tersebut dapat bergeser, berubah dan menyimpang, oleh
karena itu ahli bahasa berpendapat bahwa arti dibedakan dari makna. Arti
merupakan arti leksikal yang dapat dicari dikamus, dan makna merupakan hubungan
yang ada diatara satuan bahasa. Makna didapatkan dengan meneliti hubungannya di
dalam struktur bahasa (arti struktural). Berdasarkan kenyataan tersebutlah
dikenalnya bermacam-macam makna, seperti sinonimi, polisemi, hiponimi, dan
antonimi. Dan munculnya hubungan makna tersebutlah yang dinamakan struktur
leksikal. Polisemi mempelajari satu kata (bentuk/struktur) yang memiliki lebih
dari satu makna. Polisemi ini bertumpang tindih dengan homonimi (homograf [sama
bentuk] dan homofon [sama bunyi]). Berbeda lagi dengan Antonimi yang
mempelajari tentang pertentangan makna. Dan Varietas Polisemi ini terjadi
karena adanya hubungan motivasi antara makna yang bersifat polisemis dan
homonimis, maksudnya yaitu homograf dapat mempunyai makna lebih dari satu (polisemi)
dan sama halnya dengan homofon.
BAB IV memaparkan
tentang Ketaksaan (Ambiguitas) yang membahas tentang Ketaksaan Fonetik,
Ketaksaan Gramatikal, dan Ketaksaan Leksikal. Dalam bab ini dijelaskan bahwa
ketaksaan atau yang dikenal dengan ambiguitas dalam berbagai variasi tulisan
atau tuturan. Dan bahasa lisan sering menimbulkan ketaksaan sebab apa yang kita
dengar belum tentu tepat benar yang dimaksudkan oleh pembaca atau penulis. Dan
ketaksaan (ambiguitas) ini terbagi menjadi tiga, yang pertama yaitu ketaksaan
fonetik, biasanya ketaksaan ini muncul akibat berbaurnya bahasa yang
dilafalkan, seperti halnya pelafalan katanya terlalu cepat sehingga menimbulkan
keragu-raguan akan maknanya. Dan Ketaksaan fonetik ini biasanya terjadi ketika
pembicara melafalkan ujarannya. Yang kedua yaitu ketaksaan gramatika, dalam hal
gramatika ketaksaan dapat muncul dikarenakan dua hal yaitu disebabkan oleh
peristiwa pembentukan kata secara gramatikal, dan ketaksaan pada frase yang
mirip.Yang ketiga yaitu ketaksaan leksikal, pada bagian ini ketaksaan dapat
muncul karena setiap kata dapat bermakna lebih dari satu, dapat mengacu pada
benda yang berbeda, sesuai dengan lingkungan pemakainya. Misalkan, kata bang
mungkin saja bisa mengacu pada “abang” dan “bank”. Dan bentuk
seperti ini dikatakan polyvalency yang dapat dilihat dari dua segi, polisemi
dan homonimi.
Secara
keseluruhan, isi yang terdapat dalam buku Semantik 1 Makna, Leksikal dan
Gramatikal ini layak untuk di baca dan dijadikan pegangan bagi mahasiswa yang
ingin mendalami ilmu bahasa terutama semantik. Meskipun terdapat sedikit
kekurangan terkait halaman yang kosong pada setiap akhir bab, namun materi yang disampaikan dalam buku ini
mudah untuk difahami dan dilengkapi dengan contoh-contoh yang mudah. Oleh
karena itu saya merekomendasikan buku ini sebagai buku bacaan dan pegangan yang
tepat bagi siswa, mahasiswa maupun dosen yang ingin mendalami ilmu bahasa
terutama semantik.
Comments
Post a Comment