ISTI’ARAH ASHLIYYAH DAN ISTI’ARAH TABA’IYYAH

BAB I
ISTI’ARAH ASHLIYYAH DAN ISTI’ARAH TABA’IYYAH

       Sebagaimana telah kita ketahui dari penjelasan sebelumnya bahwa isti’arah adalah majaz yang alaqahnya (hubungan) antara makna asal dan makna yang di maksud adalah musyabahah (keserupaan).[1] Seperti firman Allah :
        كتاب انزلناه اليك لتخرج النّاس من الظلمات الى النّور (ابراهيم : 1)
“Inilah kitab yang telah kami turunkan kepada engkau agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya, yakni dari kesesatan kepada kebenaran”[2]
Majaz isti’arah di bagi menjadi beberapa kategori[3], yaitu :
  1. Majaz Isti’arah dari segi musta’ar lah dan musta’ar minhu di bagi menjadi dua, yaitu :
                               a.            Isti’arah Tashrihiyyah
                              b.            Isti’arah Makniyah
  1. Majaz isti’arah di tinjau dari segi bentuk lafadz terbagi menjadi dua, yaitu :
                               a.            Isti’arah Ashliyyah
                              b.            Isti’arah Taba’iyyah
  1. Majaz isti’arah ditinjau dari kata yangmengikutinya terbagi pada tiga jenis :
                              a.            Isti’arah Murasysyahah
                              b.            Isti’arah Muthlaqah
                              c.            Isti’arah Mujaraddah
Dan disini kita akan membahas tentang majaz isti’arah yang di tinjau dari segi bentuk lafadnya, yaitu :
A.    Isti’arah Ashliyyah
استعارة اصلية : إذا كان اللفظ الذى جرت اسما جامدا
"Isti'arah yang menggunakan lafadz dari isim jamid (kata dasar).[4]
Sedangkan dalam buku lain di katakan bahwa isti’arah ashliyyah adalah jenis majaz yang lafad musta’arnya isim jamid bukan musytaq (bukan isim sifat).[5]
Contoh :
خطب الأسد امام النّاس [6]
            Adapun contoh lain, yaitu ;
أحبك يا شمس الزّمان و بدره # و إن لا منى فيك السّها و الفراقد
“Aku cinta kamu, wahai matahari dan bulan zaman ini, sekalipun bintang-bintang yang samar dan yang jauh mencaci makiku karena menyukaimu”[7]

B.     Isti’arah Taba’iyyah
استعارة تبعية : إذا كان اللفظ الذى جرت فيه مشتقا أو فعلا
“Isti’arah yang menggunakan lafadzdari isim musytaq (kata jadian) atau fiil (kata kerja).[8]
Sedangkan dalam buku lain dikatakan bahwa isti’arah Taba’iyyah yaitu suatu ungkapan majaz yang musta’arnya fi’il, istim musytaq atau harf.[9]
Contoh seperti firman Allah QS Al A’raf:50 :
وناد أصحاب النار أصحاب الجنة
“Dan penghuni neraka menyerupai penghuni surga”[10]
Adapun contoh lain yaitu[11] :
a)      Contoh taba’iyyah dengan fiil :
عَضَّنَا الدَّهْرُ
“Zaman telah menggigitku dengan taringnya”
Arti “عَضَ” yang mempunyai makna asal ialah ‘menggigit’ sedangkan yang dimaksud adalah ‘menyakiti’. Uangkapan ini di namakan isti’arah musharrahah juga taba’iyyah karena musta’arnya berbentuk fiil.
b)      Contoh taba’iyyah dengan isim musytaq :
حَالِى نَاطِقَة بِأَحْزَانِى
“Keadaanku mengucapkanku kesedihanku”
Yang dimaksud “mengucapkan” ialah menunjukkan. Dinamakan isti’arah musharrahah taba’iyyah karena ada pada isim musytaq.
c)      Contoh taba’iyyah dengan harf:
لأُصَلِّبَنَّكُمْ فِى جُذُوْعِ النَّخْلِ
“Sungguh aku akan menyalibmu di dalam cabang pohon kurma”
Makna dari kata “فى” pada potongan ayat di atas adalah “di atas”. Kata “فى” adalah huruf. Dengan demikian isti’arah ini dinamakan isti’arah taba’iyyah, karena lafadz yang menjadi majaznya adanya harf (huruf).

BAB II
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Majaz isti’arah di tinjau dari segi bentuk lafadz terbagi dua :
a)      Isti’arah ashliyyah
Adalah jenis majaz yang lafadz musta’arnya isim jamid bukan musytaq (bukan isim shifat).
Contoh : خطب الأسد امام النّاس
b)      Isti’arah taba’iyyah
Adalah suatu ungkapan majaz yang musta’arnya fi’il, isim musytaq atau harf.
Contoh : وناد أصحاب النار أصحاب الجنة






DAFTAR PUSTAKA


Dzul Iman, Maman. 2013. Menyingkap Rahasia Balaghah Dalam Karya Al Barzanjiy. Yogyakarta : Deepublish.
Umam, Chatib dan Nawawi, Abidin. 2010.  Kaidah Tata Bahasa Arab. Jakarta : Darul Ulum Press.
Irbabullubab dan Amir, Ja’far. 1969. Al Balaghah. Semarang : CV. Toha Putra.
Zaenudin, Mamat dan Nurbayan, Yayan. 2007. Pengantar Ilmu Balaghah. Bandung: PT Refika Aditama.







[1] Mamat Zainudin dan Yayan Nur Bayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h. 33
[2] Chatib Umam dan Abidin Nawawi, Kaidah Tata Bahasa Arab, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2010), h. 485
[3] Mamat Zainudin dan Yayan Nur Bayan, op.cit., 34-35
[4] Maman Dzul Iman, Menyingkap Rahasia Balaghah Dalam Karya Al Barzanjiy, (Yogyakarta: Deepublish, 2013), h. 26
[5] Mamat Zainudin dan Yayan Nur Bayan, op.cit., h. 35
[6]  Irbabullubab dan Ja'far Amir, Al Balaghah, (Semarang: Toha Putra, 1969), h. 38
[7] Mamat Zainudin dan Yayan Nurbayan, op.cit., h. 35-36
[8] Maman Dzul Iman, op.cit., h. 27
[9] Mamat Zainudin dan Yayan Nurbayan, op.cit., h. 36
[10] Maman Dzul Iman, op.cit., h. 27
[11] Loc.cit

Comments

Popular posts from this blog

Isti'arah Ashliyyah dan Isti'arah Taba'iyyah

Ilmu Ma'ani dan Ruang Lingkupnya

'Adad Tartibi